Tuan, Nona sendiri
Tuan, ini masih sore. Kenapa kau ingin buru-buru beranjak dari kursi di taman itu? Tidakkah kau lihat si nona itu berlarian sendiri di antara daun-daun yang terhembus angin sisa hujan tadi? Mungkinkah sudah ada yang menunggu kau di sebrang jalan itu? Tuan, mengapa kau hanya tersenyum kecut? Apakah di wajah si nona itu ada goresan luka sayatan duri mawar taman itu? Jangan kau diam, tuan. Dia hanya butuh seorang kawan sepertimu yang mampu menepiskan sepinya. Tuan, jangan buru-buru pergi Menetaplah di sore ini, satu sore yang pilu ini Sampai si nona lelah dan berhenti berlari diantara dedaunan basah itu dan membiarkan mereka gugur dimakan kemarau besok. Jakarta, -d