Postingan

Note to Self...

Berangkat dari pengalaman, tidak ada yang namanya "kesialan abadi". Pernahkah kita mengucap syukur atas kekurangan yang kita terima? Atas sesuatu yang tidak pernah kita harapkan hadir di hadapan kita? Atas segala luka yang pernah singgah dalam hidup? Atas segala akibat yang bahkan bukan kita penyebabnya? Saya berani bertaruh, bahkan saya akan menjawabnya dengan "tidak". Lalu, apa masalahnya? Itu nasibmu. Itu jalan hidupmu. Itu takdirmu. Kesialan hidupmu. Iya, memang. Lalu, apa masalahnya? Masalah terbesar dari segala pertanyaan dan pernyataan itu adalah dirimu, diri kita, diri saya. Loh? Dimana masalahnya? Disini, di dalam diri. Mengapa segala sesuatu yang tidak kita kehendaki lantas menjadi kesialan untuk diri kita? Pikiran menjadi buruk, berlebihan, tidak tenang. "Aku terlahir untuk menjadi sial!". "Overthinking does kill your happiness." Sebuah catatan penting untuk diri sendiri. Tidak sulit untuk bersyukur bahwa kita ma

Sudah

Kusangka pekat merajut lara Pahang menyusup lidah Tapi cangkir tak bersuara Hanya rasa telah pasrah Nikmat menjalar Kuduk berdiri Ah, sudah kelar Tak ingin lagi mencari -d, Juni 2019

Mei

Kelabuku telah berubah biru Sembilu telah berlalu Bara panas telah menjadi abu Mataku tak lagi sendu Di antara benang dan jarum, kini terajut cerita anyar Dua dimensi utara dan selatan mulai terpaut Melebur saling mengait Di bulan Mei rumah itu berdiri kembali Tegap dan kokoh menyambutku pulang Merindukan kisah yang tertahan angan Yang kini ceritanya menjadi nyata Pada siang ku mengadu Pada malam ku diam terbelenggu Menghayati desiran angin dari dalam rumah Di bulan Mei jalanku kembali terarah -d, 2019